Sebuah rangkaian kata-kata dalam
bentuk tulisan memiliki makna dan arti tersirat yang tidak semua orang
mengetahui dan memahami. Sehingga perasaan penulis yang ingin disampaikan
secara tersirat menjadi tidak tersampaikan dengan baik. Akibatnya kenyataan
yang terjadi tidak sesuai dengan harapan dari penulis dan seringkali konflik
terjadi karena hal ini. Mungkin si penulis bukanlah orang yang terbuka yang
bisa ceplas-ceplos menyampaikan isi hatinya tetapi si penulis lebih memilih
untuk menunggu hingga orang lain menyadarinya sendiri.
Inilah kesalahan dari penulis,
seandainya penulis tidak seperti itu mungkin yang terjadi menjadi berbeda. Si
penulis harusnya tau tidak semua orang bisa mengerti tentang dirinya, baik itu
kondisi, perasaan, maupun keinginannya. Terlalu banyak hal yang disimpan oleh
si penulis. Kata-kata tidak suka jarang sekali keluar dari bibirnya, yang ada
semua kata tidak suka itu menguap hilang entah kemana. Dan kata tidak suka itu
akan muncul kembali ketika hal yang sama terjadi kembali padanya. Begitu seterusnya
tidak ada yang terungkap, sungguh melelahkan.
Penulis lebih suka menulis daripada
berbicara langsung. Karena banyak hal yang bisa disembunyikan, disimpan, dan
diungkapkan dengan hati-hati melalui tulisan. Dengan menulis, ia dapat merangkai
kata-kata yang dapat menyembunyikan perasaan yang tidak ingin orang lain untuk
mengetahuinya termasuk rasa tidak sukanya. Dengan menulis juga, ia dapat
berpikir bagaimana rangkaian kata-kata yang tepat untuk menyampaikan apa yang
ingin ia sampaikan agar orang lain tidak sakit hati.
Dalam kondisi marah, si penulis akan
menunda tulisannya. Karena dengan kondisi marah, rangkaian kata-kata yang
tercipta bukanlahlah kata-kata yang enak untuk dibaca melainkan kata-kata yang
buruk bahkan mungkin penuh dengan cacian. Setelah kondisi si penulis tenang
barulah ia akan mulai menulis dengan rangkaian kata-kata yang indah sehingga
semua kemarahannya tertutupi.
Ketika orang lain berkata tidak suka pada
penulis, maka penulis berkata aku yang salah sekalipun perasaannya ingin
berkata mengertilah aku. Karena penulis merasa bisa jadi ia sendiri yang salah
mengerti dengan orang lain. Si penulis hanya ingin untuk dimengerti, dari
kata-kata yang dirangkainya ia berharap orang lain akan mengerti maksud
kata-katanya.
Intinya kita tidak bisa membuat
orang lain untuk melakukan sesuatu seperti yang kita harapkan. Karena mereka
berbeda dengan yang ada dipikiran kita. Dan tidak semua orang akan mengerti
kita karena mereka bukan kita. Dan dari si penulis tadi bisa ditarik kesimpulan
antar sesama manusia haruslah saling mengerti, jauhkan dulu emosi karena emosi
tidak akan membuat kita mengerti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar