Kamis, 24 Oktober 2013

Penulis dan Rangkaian Kata

Sebuah rangkaian kata-kata dalam bentuk tulisan memiliki makna dan arti tersirat yang tidak semua orang mengetahui dan memahami. Sehingga perasaan penulis yang ingin disampaikan secara tersirat menjadi tidak tersampaikan dengan baik. Akibatnya kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan harapan dari penulis dan seringkali konflik terjadi karena hal ini. Mungkin si penulis bukanlah orang yang terbuka yang bisa ceplas-ceplos menyampaikan isi hatinya tetapi si penulis lebih memilih untuk menunggu hingga orang lain menyadarinya sendiri.
Inilah kesalahan dari penulis, seandainya penulis tidak seperti itu mungkin yang terjadi menjadi berbeda. Si penulis harusnya tau tidak semua orang bisa mengerti tentang dirinya, baik itu kondisi, perasaan, maupun keinginannya. Terlalu banyak hal yang disimpan oleh si penulis. Kata-kata tidak suka jarang sekali keluar dari bibirnya, yang ada semua kata tidak suka itu menguap hilang entah kemana. Dan kata tidak suka itu akan muncul kembali ketika hal yang sama terjadi kembali padanya. Begitu seterusnya tidak ada yang terungkap, sungguh melelahkan.
Penulis lebih suka menulis daripada berbicara langsung. Karena banyak hal yang bisa disembunyikan, disimpan, dan diungkapkan dengan hati-hati melalui tulisan. Dengan menulis, ia dapat merangkai kata-kata yang dapat menyembunyikan perasaan yang tidak ingin orang lain untuk mengetahuinya termasuk rasa tidak sukanya. Dengan menulis juga, ia dapat berpikir bagaimana rangkaian kata-kata yang tepat untuk menyampaikan apa yang ingin ia sampaikan agar orang lain tidak sakit hati.
Dalam kondisi marah, si penulis akan menunda tulisannya. Karena dengan kondisi marah, rangkaian kata-kata yang tercipta bukanlahlah kata-kata yang enak untuk dibaca melainkan kata-kata yang buruk bahkan mungkin penuh dengan cacian. Setelah kondisi si penulis tenang barulah ia akan mulai menulis dengan rangkaian kata-kata yang indah sehingga semua kemarahannya tertutupi.
 Ketika orang lain berkata tidak suka pada penulis, maka penulis berkata aku yang salah sekalipun perasaannya ingin berkata mengertilah aku. Karena penulis merasa bisa jadi ia sendiri yang salah mengerti dengan orang lain. Si penulis hanya ingin untuk dimengerti, dari kata-kata yang dirangkainya ia berharap orang lain akan mengerti maksud kata-katanya.

Intinya kita tidak bisa membuat orang lain untuk melakukan sesuatu seperti yang kita harapkan. Karena mereka berbeda dengan yang ada dipikiran kita. Dan tidak semua orang akan mengerti kita karena mereka bukan kita. Dan dari si penulis tadi bisa ditarik kesimpulan antar sesama manusia haruslah saling mengerti, jauhkan dulu emosi karena emosi tidak akan membuat kita mengerti.